Banyak yang datang dan pergi. Banyak yang terlupakan, tidak sedikit pula yang berusaha untuk terekam. Pilihannya sederhana, sekedar masuk keluar kelas atau sedikit membuang waktu di himpunan dan kampus. Saya dipaksa berada pada kondisi kedua. Kondisi dimana saya menjadi ‘salah seorang di kursi depan’  pada sebuah forum antar himpunan. Kondisi dimana terjadi saling kejar antara emosi, tarikan napas, pertanyaan, jawaban, nada tinggi, dan notulensi. Meminjam istilah dari seorang kawan, saya sempat merasakan ITB.

##

Sudah beberapa kali saya mengikuti kegiatan semacam ini, tapi tidak seperti sore itu dimana saya tidak hanya menjadi penonton. Bukan hal mudah mengarahkan sekelompok orang, terlebih dari berbagai ‘jaket’ dengan karakter yang sudah pasti berbeda. Terlihat jelas idealis itu, terlihat jelas sifat kritis itu. Masih banyak ruang di kepala ini yang harus diisi dengan manajemen stress dan tata kelola kalimat yang baik.

##

Sok Hok Gie berujar, “Mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat”. Saya tidak sedang berusaha untuk mencintai ITB karena saya sudah jatuh cinta sejak pertama kali menginjak kampus ini. Saya hanya sedang ingin mengenal ‘rakyatnya’ sedikit lebih jauh dan alhamdulillah saya diizinkan. Adalah sebuah momen berharga, tidak lebih karena kapan lagi saya bisa memimpin perdebatan berdasarkan idealisme kalau tidak sebagai mahasiswa? Bukankah nantinya perdebatan menjadi omong kosong karena dilandasi posisi dan segepok uang?

Anyway, tolong inget pesan saya ya di penutup techmeet kemarin, tetap jaga sportivitas peserta GFL 2012 🙂